BeritaKegiatan

MUSEUM DI HATIKU-MUSEUM GOES TO SCHOOL

Gondanrojo-(21/08) Museum goes to school, program yang dicanangkan oleh Museum RA. Kartini ini telah berjalan setahun terakhir. MA Al Anwar menjadi salah satu target pelaksanaan program ini.

Tujuannya adalah mengentalkan kecintaan para pelajar dengan museum. Karena, melalui museum para pelajar akan lebih mudah mengetahui berbagai perspektif, baik yang spekulatif maupun atraktif.

“Museum di hatiku! Cetok, cetok, cetok,” jargon inilah yang digalangkan oleh para petugas yang didampingi duta wisata Kabupataen Rembang.

Pada event kali ini yang diulas adalah Museum RA. Kartini yang berada di Rembang. Para peserta diperkenalkan dengan berbagai koleksi yang ada di museum. Mulai dari rumah dan koleksi prabot Kartini, hingga peninggalannya berupa buku dan karya lain seperti batik yang dilukis sendiri oleh RA. Kartini.

Pada penghujung acara para petugas mengadakan door prize, dengan pertanyaan seputar RA. Kartini. Salah satunya mengenai singkatan RA. yang dibubuhkan pada awal nama Kartini.

“RA. Kepanjangannya Raden Ajeng.” jawab seorang peserta kelas X IPS

“RA itu singkatnnya Raden Ayu.” peserta lain membenarkan.

Kemudian kedua peryataan tersebut diklarifikasi oleh para petugas. Gelar RA. yang disematkan dalam nama Kartini merupakan kepanjangan dari Raden Ajeng sebelum Kartini menikah dan Raden Ayu setelah Kartini Menikah. Jadi, keduanya benar.

Rangkaian acara berjalan sangat seru dan seluruh peserta sangat antusias. Peserta terdiri dari perwakilan kelas X, XI, dan XII prodi IPS.

Salah seorang petugas juga memberikan tips dan trik untuk peserta mengenai efektifitas belajar Sejarah. Ia mengungkapkan, belajar sejarah sebaiknya tidak menggunakan media tekstual. Namun, harus diimbangi juga dengan media kontekstual.

“Kalau belajar sejarah dipakukan dengan menghafal tanggal, periode dan lain-lain, sejarah akan terkesan membosankan. Namun, dengan cara menghadirkan suasana baru, mungkin melalui pemutaran vidio atau diskusi mungkin belajar sejarah akan lebih rekreatif. Sebab nilai dari sejarah bukan mengenai mengenang peristiwanya. Namun, mengambil nilai moralnya sebagai media education, inspiration, dan experience.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *