Tolak Ukur keberhasilan Santri Dalam Belajar

SARANG(16/5) –Imtihan adalah salah satu tradisi dari para alim ulama, para pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang sampai saat ini tetap membudaya di lingkungan pondok pesantren. Imtihan di Pondok Psantren Al-Anwar 2 kali ini mengutamakan kelas 3 Aliyah maupun Tsanawiyah, guna mengantisipasi adanya bentrok jadwal dengan kelas di bawahnya.
Khorida Nafisah, salah satu pengurus Madin (Madrsasah Diniyah, red) mengungkapkan, imtihan tersebut bukan perdana namun sudah menjadi tradisi syarat akhir kelulusan. Karena itu munaqosah menjadi hal baru untuk syarat akhir kelulusan.
“Tujuannya untuk menjadi tolak ukur keberhasilan santri selama menjalani pendidikan selama 3 tahun. Soal yang diujikan mencakup kurikulum sejak awal masuk, khususnya dikurikulum yang diajarkan di kelas 3,” tutur Mbak Nafis.
“Untuk soal yang diujikan tergantung tim pembuat soal. Sedangkan durasi waktu mengerjakan mulai dari jam 15.00-16.15 WIB untuk dua mata pelajaran,” imbuhnya.
Salah satu santri yang mengikuti imtihan mengungkapkan, sangat senang telah selesai mengikuti imtihan tersebut. Ada sedikit rasa takut ketika akan mengerjakan soal ujian, namun tetap mudah dikerjakan meski terkendala dengan waktu belajar.
“Soalnya susah-susah gampang. Ada rasa takut saat melihat soal, tapi tidak masalah selagi mau belajar semua akan terlihat mudah,” tutur salah seorang santri.
Meski begitu beberapa kendala tetap ada terutama minimnya pemahaman santri dalam belajar. Hal ini menyebabkan hasil nilai yang tidak konsisten.
“Kapan lagi bisa membahagiakan orang tua, salah satunya ya dari hasil akhir yang memuaskan,” tutur salah satu pengurus Madin. Santri cukup antusias mengikuti imtihan yang diselenggarakan.
Harapannya, semoga ilmu yang didapat selama menjalani pendidikan Madrasah Diniyah menjadi bermanfaat. Bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri namun juga untuk orang sekitar.(ptr/nla)